Jumat, 13 Januari 2012

Theory Kepemimpinan


Kepemimpinan Sipil dan Kepemimpinan Militer
Oleh: Moh. Nurul Kamil

Berbicara tentang motif kepemimpinan yang ada di dunia, akan melembarkan pembahasan tentang keberadaan kepemimpinan itu sendiri. Karena dari banyak segi, dapat diketahui bahwa banyak sekali model atau gaya kepemimpinan yang ada di dunia. Seperti: otoriter, kharismatik, demokratis dan lain-lain.
Oleh sebab itu, untuk mempermudah pembahasan sekaligus menfokuskan pokok pemikiran dari tulisan ini, penulis hanya membatasi pembahasan pada “kepemimpinan militer dan kepemimpinan sipil” saja.

A.    Kepemimpinan Militer
            Kepemimpinan militer adalah sebuah bentuk kepemimpinan yang puncak segala keputusannya berada di tangan pemimpin saja. Di sini tidak diadakan tanya jawab atau sebentuk diskusi untuk menentukan sebuah keputusan. Maka dari itu, sering pula motif kepemimpinan ini disebut dengan kepemimpinan otoriter.
            Corak kepemimpinan ini sangat merugikan kaum yang berada di kelas bawah. Karena ketika pemimpin memiliki wewenang utuh untuk menentukan semua bentuk keputusan atas sebuah negara, yang sering terjadi adalah keputusan-keputusan sepihak. Ketidakadilan mungkin konsumsi utama kaum tani-buruh yang berada di bawah kepemimpinan militer ini.
            Penulis mencoba mengingatkan kembali apa yang terjadi di beberapa negara, juga Indonesia tentang kepemimpinan militer ini (otoriter). Di Jerman Barat ada Hitler, yang terkenal dengan kekejaman kepemimpinannya. Di Lybia ada Khadafi. Di Indonesia sendiri, kita ingat ada Soeharto. Seorang pemimpin yang memimpin Indonesia lebih dari tiga dekade. Yang dalam kepemimpinannya sangat kejam. Tidak ada ruang spekulasi untuk menentukan sebuah keputusan. Tidak ada negoisasi juga tidak menerima kritik dan saran. Siapa berbeda pendapat makan akan terancam keselamatannya. Sangat tragis dan tidak manusiawi.
            Untuk memperluas pengetahuan tentang motif kepemimpinan militer itu sendiri, penulis mencoba mecantumkan beberapa ciri khas model kepemimpinan militer:
a.       Gaya otoriter               : gaya kepemimpinan yang segala bentuk keputusannya berada di
                                      tangan pemimpin saja (Top Down).
b.      Gaya partisipatif         : melakukan rapat tertutup dengan segolongan kecil yang berada di                                       bawah kepemimpinannya (Round Table).
c.       Gaya delegatif                        : memberikan wewenan tentang sebuah keputusan kepada                                                       bawahan, akan tetapi keputusan puncak tetap pada pemimpin.
            Dari tiga motif kepemimpinan militer di atas, dapat disimpulkan bahwa meskipun adanya ruang untuk segolongan orang berpartisipasi menentukan keputusan, tapi ruang lingkup keputusan yang diambil tidak diperkenankan menyimpang dari pandangan hidup pemimpinnya. Karena dengan jelas sudah diketahui bahwa perbedaan pendapat dengan pemimpin akan menimbulkan ancaman bagi orang tersebut.
            Sedangkan unsur-unsur dalam kepemimpinan militer ada 4:
a.       Sumber daya manusia (SDM): pembekalan kepada pejabat yang ada di lingkup kepemimpinan militer tersebut.
b.      Doktrin militer: sebuah pengajaran tentang kemiliteran yang diutamakan dalam kepemimpinannya. Dengan tujuan untuk memperkokoh pertahanan negara dan juga kedudukannya.
c.       Organisasi militer: pengadaan organisasi-organisasi militer (lembaga kemiliteran) yang berfungsi untuk melindungi negara.
d.      Sistem senjata: sistem yang menjadikan senjata sebagai alat untuk mensejahterakan dan mengamankan rakyat.
            Dari banyak pembahasan tentang kepemimpinan militer di atas, dapat kita temukan bahwa kepemimpinan ini sangat kontradiktif dengan jiwa kemanusiaan.
                       
B.     Kepemimpinan Sipil
            Kepemimpinan sipil adalah gaya kepemimpinan yang menerapkan sistem demokratis. Atau sederhananya, dari, oleh dan untuk rakyat. Di sini, rakyat menjadi pemegang utuh kepemimpinan. Meskipun tidak secara langsung menjadi aktor dalam menjalankan tugas-tugas kenegaraan.
            Di bawah kepemimpinan ini, rakyat menjadi manusia yang lebih dianggap sebagai manusia dari pada kepemimpinan militer di atas. Karena dalam kepemimpinan ini, rakyat memiliki kewenangan untuk memilih sendiri siapa calon pemimpinnya, siapa perwakilannya, apa keputusan yang akan dijalankannya, dan beberapa kewenangan yang lain.
            Intinya, yang menjadi pembeda utama antara kepemimpinan sipil dengan kepemimpinan militer adalah, rakyat bisa berbicara, berpendapat untuk ikut serta menentukan keputusan dari sebuah program kerja kenegaraan. Rakyat memiliki kedudukan yang lebih mulia dari pada berada di bawah kepemimpinan militer.
            Maka dari itu, untuk lebih memperdalam pengetahuan tentang kepemimpinan sipil, ada baiknya bila penulis mecantumkan pula motif-motif kepemimpinan sipil. Seperti:
a.       Kepemimpinan transaksional: merupakan salah satu gaya (style) pemimpin yang intinya menekankan dialog / transaksi antara pimpinan dan bawahan sebagai imbalan untuk mendapatkan kepatuhan.(Burns 1978 ).
b.      Kepemimpinan transformasional: Merupakan sebuah proses dimana para Komandan Satuan dan pengikutnya saling menaikan diri ketingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi ( Burns 1978 ).
            Dari kedua motif kepemimpinan sipil di atas, sangat jelas bahwa letak utama kepemimpinan sipil adalah sistem dialog, musyawarah dan pengangkatan kemanusiaan. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan sipil lebih manusiawi dari pada kepemimpinan militer. Meskipun belum pasti, apakah kepemimpinan sipil ini menentukan kesejahteraan atau malah penindasan diam-diam. Semuanya tergantung pada sistem dan para pelaku kenegaraannya.

C.    Pasca Reformasi
            Setelah reformasi terjadi pada tahun 1998, ada beberapa pengalihan kekuasaan yang sebelumnya menjadi hak penuh militer, kini pasca reformasi berada di tangan pemerintah sipil. Berikut beberapa hal yang penting untuk diketahui;
            Kepemimpinan sipil
a.       Perancang undang-undang.
b.      Pembuat undang-undang.
c.       Menguasai perpolitikan
            Kepemimpinan militer
a.       Melaksanakan program yang dibuat oleh DPR.
b.      Melaksanakan undang-undang.
c.       Berada di luar lingkaran perpolitikan.
            Dengan demikian, setelah dengan jelas diterangkan mengenai kepemimpinan militer dan kepemimpinan sipil, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan militer merupakan sebuah bentuk kepemimpinan yang tidak manusiawi. Dan tidak bisa dibiarkan terjadi. Karena akan menjadikan manusia tidak seperti manusia. Sedangkan kepemimpinan sipil, merupakan kepemimpinan yang lebih manusiawi dari kepemimpinan militer, walaupun bukan jalan yang pasti dengan gaya kepemimpinan ini rakyat akan sejahtera, keadilan akan terealisasikan dengan baik.

Sumber referensi:
      http://www.republika.co.id/9611/10/10ABRI.16X.html
      http://www.tandef.net/mencari-format-hubungan-sipil-militer-di-indonesia

Catatan harian


YA, ITU JAWABANMU
BY GUSMAN HADI
11 Januari 2011
Kamu boleh saja tidak percaya dengan aku, tapi hatiku bukan berarti tak boleh menerima kepercayaanmu
Aku yang pada hari ahad, hanya bisa menunggu, dari betapa lamanya bulan-bulan yang terhitung
Sudah ku katakan pada semuanya, sudah ku cari tahu semuanya, dan aku hanya tertunduk pasrah, menunggu jam11 malam akan jawabanmu, untukku
Terasa angin masih sepoi, sengaja dia ketawa sambil berlari memandang diriku, di balik selambu putih kamar, aku hanya menunggu detik cepat memberi jawaban
Aku berdua dengan sahabatku, sahabat yang juga sebagai penasehat ulung, layaknya penasehat pangeran kerajaan ketika mencari siapa pengganti ibunya, pengganti ratunya
Jika memang jantung ini adalah sahabat, maka aku ingin sejenak saja ia berdiam diri, membiarkan aku tenang, tanpa gundah gulana,
Namun, seisi jantungku dan para rekannya memang sengaja ingin bercanda dengan aku, pertanda hal positif yang mereka rasakan, namun hatiku masih belum bisa bekerja sama dengan diriku, dalam artian aku masih ketakutan seperti akan dihukum pancung, atau akan terjun dari menara pisa, lalu mati.
Tepat jam 11, yang sore sebelumnya kamu janjikan untuk menjawabnya, bagaimana pesan orang tuamu.
Aku tak tahu bagaimana kamu bercerita kepada "papa dan mama" kamu.
Tapi, sekali lagi aku sudah meludah, pantang pula aku menelannya, dan aku tetap pasrah, sesuai janjiku kepadamu
Satu pesan masuk, serasa ingin menggorok tenggorokanku, tapi aku geram, sengaja yang membaca pesan adalah temanku, sahabatku, dan dia ikhlas membaca pesanmu, untukku
Lanjut kepada pesan yang kedua, tetap dengan sahabatku yang membaca, aku masih geram ketakutan mendengar jawabannya, mencoba tetap tak akan pernah lagi menelan ludah, aku tetap pasrah layaknya budak raja, diperintah nyemplung sumurpun, siap!
Hampir semua pesan bercerita tentang bagaimana pendapat orang tuamu, tentangku, antara iya dan tidak, sepertinya memang kamu yang harus memutuskan,
Ini yang aku takutkan, lebih dari seorang pangeran yang harus berubah menjadi katak hijau,

Hingga masuk kepada jawaban yang ketiga "Ya" aku lari terbirit-birit, mencari bulan, mencari bintang, mencari lelangitan, mencari malaikat yang tak terlihat dengan kasat, sahabat-sahabatku, Aku kabarkan kepada mereka, bahwa dengan pasrahku, dengan lelahku, dengan lemburku, dengan kesendirianku, dengan semuanya yang Allah berikan kepadaku, dengan cahaya Rasulku, dengan agama yang melekat dalam diriku, dengan satu kelas Ips A favoritku, bahwa aku diterima.
Selang satu jam, bukan gereja yang aku cari, bukan pula cafe favoritku, bukan sepeda kumbang, tapi hanya air dingin dimana pada malam itu adalah malam yang begitu seperti kutub utara, aku berwudlu, mengucapkan puji-pujian terima kasih.
Kita memang hidup dengan jalan yang berbeda, tapi hari ini adalah aku seperti raja.

Catatan harian







Surat Bersama Tahajud

Gusman Hadi
Malang (mabna Al-faraby UIN Malang)
11 Januari 2011 - 01:20 AM
Tepat jam 1 melewati 12 menit aku menulis surat.
sengaja di malam hari supaya tidak ada manusia lain yang tahu,
 seperti biasanya aku malu jika suratnya terbaca selain aku.
sengaja aku memilih malam hari dengan niatan, hanya aku, malam, dan Tuhan yang meridhoi serta tahu bahwa aku menulis surat.

Isinya singkat, padat, kemungkinan hampir semua wanita akan memahaminya.
Jika memang hatiku adalah benalu, maka isi suratku adalah lembaran yang mengantarkan perasaanku.

Gitar, aku tak pandai bermain untuk saat ini, cukup 2 nada untuk 1 lagu, judulnya "Anugerah Terindah Yang Pernah Ku Miliki".
Pasti kamu tahu, lagunya seperti suratku tadi, singkat dan padat.
Drum, itu pun tak lebih, hanya karena hari raya, aku harus takbir keliling, di sekitar kampung pesantren, gedebak dan gedebuk.

Singkat dan padat, mengagungkan pujian Tuhan, di hari istimewa yang tak sedikit manusia merinding.

Aku sengaja memilih lagu sheila on 7, tepat di dalam adegan film "?",
 banyak iramanya dinyanyikan, tentang cinta,
Mengirim pesan kepada penonton, bahwa cinta juga agama, agama juga cinta, maka cintailah agamamu, jangan jual agamamu, tapi hidupilah agamamu

"Aku juga mencintaimu, karena memang agamamu, karena memang agamaku, sekali lagi aku mencintaimu"
Itu pesan surat singkatnya.