Senin, 23 Januari 2012

AKANKAH KONFLIK INI TERUS BERKEPANJANGAN ?

                                                         Oleh : Ach.Fakhrur Roziq

                                                              UIN SURABAYA
                                 AKANKAH KONFLIK INI TERUS BERKEPANJANGAN ?

Sangat  ironi sekali melihat bangsa indonesia ini selalu  yang  di huni dengan konflik konflik yang tanpa titik temu , tak ada  implikasi dan  tak ada oknum-oknum yang mau menyelesaikannya ,akankah masalah ini di jarrno saja ( di biarkan saja ) ? .   
Dalam catatan ini penulis tidak mau mengeritik siapapun entah itu organisasi ( NU MD HTI dsb ), Teologi ( Muktazilah,Al-Asyariah dsb ) selanjutnya dalam buku “ Nasionalisme KIAI Kontruksi social berbasis agama” di tuturkan salah satu penyebab terjadinya konflik jyang berkepanjangan adalah :

-    Menganggap pluralisme sebagai wahana tantangan bagi islam .
Dalam paham ini kaum minoritas menganggap bahwa faham ini adalah faham yang kontradistingsi dengan konviksi  yang ia ketahui padahal jika kita revisi lagi pemahamaan yang ia proklamirkan masih saja ada yang luput dari Al-Qur’an Dan As-Shunnah.Teologi puralisme bukan malah dihindari ataupun menganggap hal itu  tidak rasio dan non manfaat ( la manfaat ).Dan terlepas dari itu realitanya bangsa Indonesia adalah masyarakat yang plural yang sering memunculkan sikap fanatisme bagi komunitas yang di anggap menyeleweng dari komunitas mareka sendiri , bukankah ini yang namanya arogansi,agresif,?Memang konflik itu terjadi : bisa jadi pemerintah leye-leye menanggapai hal tersebut  atau bisa jadi juga rakyat terlalu apatis.
Pluralisme adalah Suatu faham yang menyamaratakan: kebebasan berhabitat,kebebasan memilih dan kebebasan memiliki isme-isme yang lain atau bisa juga asumsikan pluyralisme adalah mengatakan bahwa realitas terhimpun dari banyak subtansi,tragedy tragedi yang disebabkan oleh sikap apatis gterhadap pluralisme banyak sekali , konflik antar etnis beragama,pembantaiaan thaifah Madura di sampit, jika kita kaji secara logika,saya dengar dari beberapa sumber bahwa hal itu terjadi  di sebabkan oleh politik ( kekuasaan ) yang jadi masalah kali ini , apakh hanya politik saja yang menjadi tombak masalah tersebut ? kedua pengeboman Gereja di Solo , pernahkah kita berpikir mengapa hal itu terjadi ? dan pernahkah kita berpikir mengubah masalah yang berbentuj teks tersebut di taghyir ke Konteks masalah ?.

-    Terlalu fanatik terhadap komunitas lain .
Pertanyaan yang mendasar Siapakah yang mengajari ini ? adakah dalilnya ? Pada era kehayatan Nabi besar Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam , penulis rasa tak tertera yang namnya fanatik terhadap komunitas lain terbukti “ Mekkah adlah pusat transit kota dagang dan maju ( pasca masa jahiliyah/pasca Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam telah mennjadi pemimpin ) mekkah terdapat  beberapa agama ; Islam agama Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sendiri , Kristen agama warisan dan yang ketiga adalah Paham paganisme : Nah dalam Ekspansinya nabi tidak  hanya mengajak mayoritas saja tetapi kaum selain islam juga di ajak untuk ekpansi tersebu lantas yang menjadi problema adalah mengapa manusia yang saat ini terlalu fanatic terhadapa golongan lain ?

-    Menjadikan Pluralisme Sebagai Opsi timbulnya konflik berkepanjangan
Pernahkah kita berpikir mengapa Almarhum Abdur Rahman Wahid ketika beliau wafat bukan hanya islam saja yang berlinang ari mata tetapi selain islam pun berduka atas wafatanya Abdur Rahman Wahid dan mengapa hal itu terjadi ? Beliau tidak hanya mengasumsi ajaran islan secara teks nya saja tetapi beliau juga mengaaplikasikan konteknya juga,hingga tak heran beliau bisa membuat kullu-dhin brdamai dan jadi satu dan yang harus jadi peranyaan pada diri kita mengapa kita tidak bisa mengikuti telogi beliau ? Qunut aja jadi konflik berkepanjangan , apakah ini yang namanya “ ikhtilaf ummaty rahmatun “ ? impilkikasinya jaidikanlah pluralisme sebagai kekkuatan sinergis kehidupan bermasyarakat.
Dalam konteks ini agama dan demokrasi memiliki peran yang cukup signifikan  agama dalam potret pluralis adalah landasan etik sedangkan demokrasi menjadi cammon denominator ( Umum ) dan selanjutnya agamapun tidak menyalahi sunnatullah bahwa pluraliralisme termaktub dalam ayat sucinya Misalnya Firman Allah dalam Surat Al-Hujurat ayat 13 : Manusia di ciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku suku agar mereka saling mengenal dan menghargai “ jika kita tilik kembali sebenarnya ayat ini adalah sebuah kerangka ataupun prosesi cara manusia hidup beragama yamh sifatnya dinamis dewasa dan mendewasakan dan endingnya hasil dari pluralis tersebut sangat di mungkinkan akan melehirkan peluang bagi masyarakat untuk mem-publish segala hal yang mengganjal dala benaknya dan juga tipis sekali adanya bentrok yang di akibatkanoleh perbedaan madzhab malah sebaliknya dengan di terapkannya pluralism tersebut timbullah esensial dalam dirinya saling menghargai keayakinan( Madzhab ) sekaligus menerima perbedaan untuk membina kemitran dan keharnonisan kehidupan yang berbangsa-bernegara .

-    Vakumnya Masyarakat Sebab Tindak Aparat Yang Apatis( Agresif )
Masyarakat tidak di ikut sertakan dalam beberapa event cotoh kecil saja:Mengapa saat ini UUD masih di berlakukan di Negara ini ? satu alasan dzahir yaitu : Rekomendasi masyarakat apa arti UUD tersebut jika tidak ada rekomendasi masyarakat , Di jelaskan dalam Buku “ Merevitalisasi pendidikan pancasila sebagai pemandu reformasi penerbit SAC IAIN Sunan Ampel Surabaya : bahwa UUD tidak aka nada tanpa adanya persetujuan dari masyarakat.
    Nah di latar belakangi dengan Ex tersebut apakah kita hanay mengedepankan subtansi dari pada esnsi ataukah kita ingin di klaim manusia yang arogansi ?

-    Menganggap Demokrasi tantangan bagi islam .
Jika ada pertanyaan mengapa penulis memasukkan Opsi ini dalam obyek yang melatar belakangi Timbulnya konflik yang berkepanjangan ? jawabannya simple saja : Penulis tidak hanya membuat catatan hanya sebatasargumen saja tetapi penulis juga mengedepankan fakta : Taka sing sekali di telinga kita organisasi yang cukup terkemuka yaitu HTI dalam teologi mereka : Demokrasi adalah suatu langkah yang akan menghancurka islam dengan alasan yang cukup rasionalis dalam majalahya Al-Wai’I diterangkan “ Demokrasi Bukan Jalan Menuju Kebaikan Bagi Islam “ dengan alasan : Memang pada dasarnya Demokrasi adalah “ from the people,by the people,for the people” hal ini di proklamirkan oleh Presiden USA yang di kenal dengan Abraham Leechon ( 1860-1865) namun dengan seiring meningkatnya paradigma masyarakat Esensi demokrasi tersebut di renovasi menjadi “ By the company , for the company dan by tehe company “ dari investor,untuk investor oleh investor.Melihat dari realita tersebut masuk akal kiranya jika sebagian kaum minoritas mengklaim bahwa dengan Demokrasi rakyat kecil akan ter-marginalkan dan banyak sekali ra’yi yang berpendapat bahwa Demokrasi adalah jalan kegagalan salah satunya ialah : A.Syafi’e , Imam ibnu Thaimiyah dengan alas an “ Pada zaman nabi tidak ada yang namanya demokrasi ! “ dengan mengetahui bebberapa pendapat apakah kita hanya menerima saja ? tanpa mencari faktanya !
Selanjutnya terkait dengan asumsi Bahwa anggapan demokrasi bukan jalan kedamaian itu perlu di revisi kembali , dan penulis masih bertaalluq  bahwa Demokrasi adalah literature untuk menuju negeri yang aman ada kaitannya dengan pendapat ibnu thaimiyah dengan argumennya “ Demokrasi Bukan  sunnatullah dari nabi(Bid’ah) “ sebab pada zaman nabi tak ada yang namanya demokrasi tapi yang ada hanyalah Daulah.
-    Selalu Menuding Ini Kafir, Ini Murtad Dan Sebagainya
Penulis hanya dapat berkata “ Shubhanallah “ : kemarin saya menikuti kajian rutin setiap selesai salat fardhu ( jama’ah ) di MUS IAIAN ( Masjid ulul-albab Surabaya yang membahas tentang terjadinya konflik berkepanjangan khususnya dalam literatur agama , yang pertama adalah “ menklaim seseoarang itu kafir , dan sebagainya “ yang esensinya hanya golonganya sendiri yang benar dan haq : Ironi sekali.
Di jelaskan dalam kitab “ Sullamut-taufiq”salah satu yang  menyebabkan murtad ialah menuding yang tak se-teologi di katakan kafir dan pantas di bunuh.jika paham yang sedimikian kita  jadikan sampul dalam kehidupan kita , kapankah islam akan damai ?Naudzubillah………
Dari penuturan di atas penulis berharap bahawa manusia di dunia ini tidak lagi mementingkan haknya sendiri,tak mennjadikan dirinya sebagai manusia yang perfeksionis dan tidak lagi mengaggap dirinya yang paling benar.
Wallahu a’alam bi shawab.


Referensi:
Nasionalisme KIAI Kontruksi sosial berbasis agama oleh Ali Maschan Moesa penerbit LKiSYogyakarta
Sosiologi agama Dalam masalah Konflik sosial